1000 Puisi untuk 1 Bungkus Nasi

Ada semacam keyakinan bahwa puisi adalah sebuah entitas hasil dari proses perenungan yang dalam, yang mengusung “nilai-nilai”. Maka dari itu, puisi harus terbebas dari segala anasir yang berdiri di luar penciptaan dirinya, yang mungkin akan mengontaminasi wilayah subtil yang (hendak) dijejakinya. Lanjutkan membaca 1000 Puisi untuk 1 Bungkus Nasi

Sastra Angkatan Reformasi

Ada banyak kalangan yang menyebut bahwa keruntuhan Rezim Orde Baru oleh Reformasi Mei 1998 yang lalu, pada konteks tertentu menyimpan kemiripan sebagaimana halnya ketika Rezim Orde Baru menggulingkan Rezim Orde Lama (Demokrasi Terpimpin) di tahun 1966. Kedua peristiwa tersebut menunjuk pada satu fenomena: “kekuasaan yang tumbang oleh kekuatan rakyat!” Lanjutkan membaca Sastra Angkatan Reformasi

Menyoal Alienasi

Mempertanyakan, apakah sastra kita (masih) teralienasi, hingga saat ini boleh jadi tetap menarik untuk dikedepankan. Betul, ini lagu lama. Namun, senandungnya akan terus menggelitik selama keberadaan (kesu)sastra(an) kita masih menyisakan sederet persoalan yang pelik dan problematik. Lagi pula, masalah alienasi sastra ini tidak bisa ditarik hanya secara sinkronis, namun harus melihal pula aspek diakronisnya. Dengan kata lain, dari waktu ke waktu selalu akan membutuhkan adanya komparasi. Lanjutkan membaca Menyoal Alienasi

Paranoia Masa Lalu atau “Lekra-Phobia”?

Garis politis dan ideologis yang memisahkan seniman Lekra dengan seniman Manikebu sebagaimana yang mencuat menjadi konfrontasi terbuka di era 60-an, saya akan anggap, telah kita ketahui bersama. Pertikaian yang terjadi di antara mereka, yang masing-masing memang berusaha untuk mengusung dan memperjuangkan kepentingan tertentu, bukan hanya berlangsung di tingkat mental-kognitif, ide, ataupun problem konseptual semata. Lanjutkan membaca Paranoia Masa Lalu atau “Lekra-Phobia”?